Tragedi di Tol Pemalang-Batang: Microsleep Sopir Truk Renggut Nyawa Kru TvOne

Tragedi di Tol Pemalang-Batang: Microsleep Sopir Truk Renggut Nyawa Kru TvOne

Tragedi di Tol Pemalang-Batang: Microsleep Sopir Truk Renggut Nyawa Kru TvOne

Kecelakaan maut yang terjadi di Tol Pemalang-Batang KM 315+900 pada pagi hari kemarin merenggut tiga nyawa kru TvOne. Mobil yang ditumpangi mereka ditabrak dari belakang oleh sebuah truk boks saat berhenti di bahu jalan untuk membersihkan kaca depan yang buram.

Felicia, salah satu korban luka, menceritakan bahwa mobil tersebut dalam perjalanan dari Jakarta menuju Lamongan, Jawa Timur. Sopir memutuskan untuk berhenti di bahu jalan karena kaca depan mobil yang buram dan berdebu. Air wiper juga tidak berfungsi sehingga mereka terpaksa membersihkan kaca secara manual. "Pas berhenti, pas sopirnya lagi nyiram-nyiram, udah kejadian itu (tertabrak truk boks)," ungkap Felicia kepada detikJateng.

Penyelidikan polisi mengungkap bahwa sopir truk tersebut mengalami microsleep. Awalnya, sopir mengaku menghindari kendaraan oleng di depannya. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ia mengakui bahwa ia kehilangan konsentrasi dan mengalami ngantuk saat mengemudi, sehingga truknya oleng ke kiri dan menabrak mobil kru TvOne yang sedang berhenti.

Erreza Hardian, instruktur safety driving di Rifat Drive Labs (RDL) dan Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI), menjelaskan bahwa kaca mobil yang kotor dapat menyebabkan blindspot. Hal ini membuat pengemudi mobil kru TvOne beralasan untuk berhenti dan membersihkan kaca secara manual. "Ini keadaan darurat jadi benar bisa henti di bahu jalan buat kendaraan tim TvOne, karena peruntukannya untuk itu," kata Reza kepada detikOto.

Reza menambahkan bahwa terdapat bahaya lain yang perlu diwaspadai, yaitu ketika jalur tol berada di sekitar areal sawah atau ladang. Serangga dapat menempel pada kaca dan lampu mobil, menyebabkan kaca kotor dan perlu dibersihkan.

Lebih lanjut, Reza menekankan pentingnya bagi pengemudi untuk memahami jam-jam rawan di mana tingkat kewaspadaan cenderung menurun. "Jam-jam rawan yaitu subuh dan jam 5-7 pagi, itu pengemudi truk patut diduga berkurang kewaspadaannya," ungkapnya.

Berdasarkan siklus sirkadian, tingkat kewaspadaan seseorang pada jam-jam tersebut sedang dalam kondisi rendah. Apalagi jika jam-jam yang seharusnya dipakai untuk istirahat justru digunakan untuk berkendara. Reza menegaskan bahwa jika sudah terasa mengantuk, pengemudi harus segera mencari tempat istirahat terdekat untuk menghindari bahaya bagi diri sendiri dan pengendara lain.

"Siklus tubuh sirkadian yang mengatur siklus tubuh manusia, efeknya adalah ke tingkat kewaspadaan, ternyata jam 5-7 pagi itu tingkat kewaspadaan manusia sedang dalam kondisi rendah-rendahnya, apalagi di jam tidur sebelumnya dipakai untuk mengemudi atau bekerja," jelas Reza.

Sebagai langkah pencegahan, Reza menyarankan agar pengemudi tidak berhenti di bahu jalan jika merasa lelah atau mengantuk. Sebaiknya, mereka berhenti di rest area untuk beristirahat. Jika terpaksa harus berhenti di bahu jalan dalam keadaan darurat, pastikan untuk menyalakan hazard lampu, memasang segitiga pengaman sejauh mungkin dari titik henti, dan seluruh penumpang berada di dalam kendaraan dengan sabuk pengaman. Jika memungkinkan, keluarlah dari areal jalan sejauh mungkin.

Tragedi ini menjadi peringatan bagi semua pengguna jalan, terutama pengemudi truk, untuk mengutamakan keselamatan. Hindari mengemudi dalam kondisi lelah atau mengantuk. Istirahatlah di tempat yang aman dan nyaman, dan patuhi aturan lalu lintas untuk mencegah kecelakaan serupa terjadi di masa depan.