Penggunaan Solar Subsidi pada Toyota Fortuner dan Innova Diesel: Risiko dan Perawatan

Penggunaan Solar Subsidi pada Toyota Fortuner dan Innova Diesel: Risiko dan Perawatan

Penggunaan Solar Subsidi pada Toyota Fortuner dan Innova Diesel: Risiko dan Perawatan

Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, khususnya solar, masih menjadi pilihan bagi sebagian pemilik kendaraan diesel, termasuk Toyota Fortuner dan Kijang Innova. Meskipun praktis dan lebih ekonomis, penggunaan solar subsidi pada kendaraan modern seperti Fortuner dan Innova diesel perlu dipertimbangkan dengan seksama. Buku manual kedua kendaraan tersebut secara tegas merekomendasikan penggunaan bahan bakar rendah sulfur, terutama untuk model yang sudah mengadopsi teknologi Euro 4.

Standar Bahan Bakar yang Direkomendasikan

Toyota Fortuner diesel Euro 4 misalnya, dirancang untuk beroperasi optimal dengan solar yang memiliki kandungan sulfur 50 ppm atau kurang, serta angka cetane minimal 48. Sementara itu, Innova Reborn diesel dengan sistem Diesel Particulate Filter (DPF) bahkan lebih sensitif. Buku panduannya secara eksplisit memperingatkan agar tidak menggunakan solar dengan kandungan sulfur di atas 10 ppm. Penggunaan solar dengan kandungan sulfur tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin, sistem pembuangan (exhaust), dan mengurangi usia pakai kendaraan. Hal ini disebabkan karena sulfur yang terkandung dalam solar subsidi, yang mencapai 2.500 ppm, jauh melampaui standar yang disarankan. Sulfur yang tinggi akan membentuk endapan yang menumpuk di berbagai komponen mesin.

Dampak Penggunaan Solar Subsidi Tanpa Perawatan Berkala

Meskipun Fortuner dan Innova diesel dapat tetap beroperasi dengan solar subsidi, namun hal ini menimbulkan risiko yang signifikan jika tidak diimbangi dengan perawatan berkala yang tepat. Akumulasi endapan sulfur dan kotoran lainnya dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen vital mesin, terutama pada sistem injeksi bahan bakar. Injektor yang tersumbat akibat endapan akan mengganggu proses penyemprotan bahan bakar, yang berakibat pada penurunan performa mesin, konsumsi bahan bakar yang meningkat, dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan mesin yang lebih parah.

Perawatan Purging: Solusi Mengatasi Masalah

Salah satu perawatan penting untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan solar subsidi adalah purging. Purging adalah proses pembersihan sistem bahan bakar dari kotoran dan endapan yang menumpuk. Proses ini efektif untuk membersihkan injektor dan mencegah penyumbatan. Menurut Wahono, Kepala Bengkel Auto2000 Jatiasih, purging sebaiknya dilakukan setiap kali servis berkala. Dengan rutin melakukan purging, risiko kerusakan akibat penggunaan solar subsidi dapat diminimalisir. Biaya purging relatif terjangkau, hanya berkisar sekitar Rp 250.000, yang meliputi biaya bahan pembersih. Penting untuk diingat bahwa biaya ini jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya penggantian injektor baru yang harganya bisa mencapai lebih dari Rp 10 juta.

Memilih Antara Ekonomi dan Perawatan: Pertimbangan yang Bijak

Penggunaan solar subsidi memang menawarkan penghematan biaya bahan bakar. Namun, pengguna harus mempertimbangkan biaya perawatan yang lebih tinggi jika memilih untuk tetap menggunakan solar subsidi. Kerusakan komponen mesin akibat penggunaan solar subsidi tanpa perawatan yang memadai akan berdampak pada biaya perbaikan yang jauh lebih besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan yang cermat antara penghematan biaya bahan bakar dengan potensi biaya perawatan dan perbaikan yang lebih tinggi.

Kesimpulan: Keputusan yang Terinformasi

Penggunaan solar subsidi pada Toyota Fortuner dan Innova diesel bukanlah hal yang sepenuhnya dilarang, asalkan disertai dengan perawatan yang tepat dan berkala. Purging rutin menjadi kunci untuk meminimalisir risiko kerusakan mesin akibat kandungan sulfur yang tinggi dalam solar subsidi. Pemilik kendaraan perlu mempertimbangkan aspek biaya jangka panjang dan memilih solusi yang paling bijak, yang mempertimbangkan antara penghematan biaya bahan bakar dan biaya perawatan yang optimal. Penting untuk selalu mengikuti anjuran perawatan yang tertera dalam buku manual kendaraan dan berkonsultasi dengan bengkel resmi untuk mendapatkan informasi dan perawatan yang tepat. Dengan demikian, kendaraan dapat tetap beroperasi secara optimal dan efisien dalam jangka panjang, terlepas dari jenis bahan bakar yang digunakan.